Sajak Cinta untuk Senja 'Bagian Kedua'

Menyeruput sihitam pekat,
Sudah jadi rutinitas pagiku,
Tapi kau tau rutinitasku yang lain ?
~melihat potret beku senyumanmu di balik layar kaca smartphone.
Sudah membuat garis melengkung membentuk cawan kecil dibibirku.

Pada teori perlapisan batuan,
Akhirnya kisah itu akan menjadi lapisan-lapisan rindu beku tiap kurun waktu.
Sunyi mengikis,
Dihening malam,
Sepi yang mengelam~

Pensil;
Meninggalkan jejak pada tiap goresan.
Kamu;
Menanggalkan sajak serupa kenangan.

Entah kapan,
Suatu saat kau akan menjadi asing dan mengusang~

Pada bahtera cinta
Yang berlayar diatas samudera asa
Biarkan aku jadi nakhoda
Kau cukup jadi penikmat senja

Wanita umpama malaikat, gubuk ternyaman bagi lelaki nya,
tempat memanja dan berbagi keluh.

Romansa, dilembaran jinggaku.
Simfoni, tak berujungku.
Asa, pada peraduanku.
Jiwa,dari deretan hurufku.
Elegi, senandungkan syairku.
Adalah Kamu; kata terindah.

Ibarat mencintai ialah secangkir kopi,
Maka pekatnya adalah merindu,
Terus mengendap.

Pada dasarnya kopi itu pahit,
Yang manis itu seperti janji.
Tapi,
Jika kopi pahit bisa kujadikan manis,
Bagaimana dengan janji manis ?
Tentu bisa kau jadikan pahit~

Sudah banyak kata yang pernah ku rangkai,
tapi tak pernah ada yang benar-benar menjadi satu kalimat.
Kau paham kan maksudku ?

Comments

Popular posts from this blog

Sajak Cinta Sang Kekasih

"Namamu Canduku"

Sajak Cinta untuk Senja 'Bagian Pertama'